Kamis, 15 September 2011

Duka Pastor, Duka Wanita


Ini bukan kebetulan dan juga bukan hanya untuk coba-coba. Ini sudah ada sejak dari awal rencana Allah. Suatu rencana yang matang dan tetap eksis sepanjang masa. Rencana itu adalah suatu karya keselamatan bagi seluruh umat manusia.

Allah melihat bahwa karya keselamatan itu harus diawali melalui rahim seorang wanita. Itu berarti, harus ada wanita yang dipanggil dan dipilih untuk karya agung dan mulia itu.



Tentu, wanita yang terpilih itu ( baca juga artikel wanita tercantik, Tuhan pun tergoda ) memenuhi kriteria di mata Tuhan.  Dia harus menjadi wanita tercantik secara lahir dan batin.

Dengan itu, dia tersapa sebagai wanita yang terpuji di antara segala wanita, dan terpujilah benih keselamatan yang dikandungnya. Itulah Dia, Bunda Maria, satu-satunya wanita yang bergelar mulia surgawi. Bunda Allah, Bunda Sang Penebus.
 
Selain bergelar mulia, Bunda Maria juga secara langsung atau tidak langsung menjadi murid Yesus dan anggota Gereja yang pertama. Peran dan jasa Bunda Maria begitu besar, sejak awal kedatangan dan kelangsungan hidup dan karya Yesus sampai terbentuknya Gereja Perdana. Gereja pun memberi gelar kepada Bunda Maria sebagai Bunda Gereja.

Memang sangat beralasan, Bunda Maria patut dipuji dan dikagumi. Kecantikan dan keunggulan spiritualnya membuat dia memiliki gelar yang bermartabat dan terhormat..

Dia setia mengikuti hidup Yesus dan penderitaan-Nya sampai di bawah kaki salib. Dia menjadi Bunda Yesus, Ratu para Imam, dan Bunda orang-orang beriman. Dan akhirnya, segala keturunan Abraham menyebut dia 'berbahagia'...!

Di atas segala keunggulan hidup Bunda Maria ini, banyak wanita dari segala zaman mengaguminya, bahkan tidak sedikit pula yang menjadikan Bunda Maria sebagai icon, simbol dan model hidup dan keteladanan wanita di bumi dan kelak di sorga.

Di kalangan Gereja, banyak wanita justru terus belajar meneladani pola dan model hidup Bunda Maria dalam hidup dan kehidupan menggereja. Ini fakta dan bisa dijumpai di semua paroki.

Ada yang terlibat sebagai aktivis Gereja Paroki. Begitu banyak yang menjadi anggota organisasi Gerejani. Serikat Santa Ana, Serikat Santa Maria, kelompok persekutuan doa, dan lainya.

Rupanya, wanita penuh pesona  dari sosok wanita seperti Bunda Maria, membuat banyak wanita dalam Gereja terinspirasi untuk  mendedikasikan hidupnya secara berlebih pada karya kerasulan dan pastoral Gereja.

Ada  yang menjadi anggota suatu konggregasi misi, bahkan ada yang dengan pola hidup sederhana tetapi tidak kalah dedikasinya, biarpun hanya dengan menjadi pembantu dan pelayan setia di rumah pastoran paroki. Mereka mengurus dan mengatur kebutuhan pastor dalam berpastoral.

Mereka turut  menghantar dan membawa barang-barang pastor dalam kunjungan pastoral ke stasi-stasi jika medan pastoral yang dilalui tidak bisa dijangkau dengan kendaraan bermotor. Merekalah  paling dekat dan turut merasakan suka-duka hidup pastor di medan karya pelayanan pastoralnya.

Nampaknya, duka pastor, duka wanita, sampai membuat ada wanita-wanita yang bukan biarawati suatu ordo, secara pribadi sadar  untuk memilih tidak menikah, hanya karena mau mengabdi total untuk karya pastoral seorang pastor di paroki. Sungguh, sebuah pengabdian yang luar biasa...!

Seandainya Gereja tanpa kaum wanita adalah sebuah Gereja yang tak bisa terbayangkan. Mungkin hanya menjadi sebuah Gereja yang selalu sepi  dari kehadiran  dan keterlibatan kebanyakan wanita.

Tetapi, Tuhan memang tidak keliru mengawali karya keselamatan-Nya dan menghidupkan Gereja-Nya melalui rahim seorang wanita penuh pesona dari nazareth di Galilea. Karena itu, hingga kini, Gereja tidak pernah sepi dari kehadiran dan keterlibatan wanita dalam berpastoral di paroki-paroki, di suatu Keuskupan.

Lantaran terkagum pada sosok wanita-wanita seperti ini, seorang pastor di sebuah paroki sempat berkomentar demikian, "seandainya tidak ada sorga, ke manakah pengorbanan wanita-wanita ini dipertaruhkan...?

Pertanyaan pastor ini terkesan sepeleh, tetapi sesungguhnya dia terdesak oleh rasa kagum yang hampir tak terkatakan. Apa yang mereka cari? Seberapa banyak upah yang mereka peroleh di paroki? Ada kesan, upah mereka adalah bekerja tanpa upah. Rupanya, mereka mengharapkan upahnya yang besar di sorga...!
 

Yang jelas, hanya ada satu jawaban. Hanya dengan iman, mereka telah belajar total model hidup Bunda Maria dan implementasinya dalam pilihan hidup dengan pelayanan total kepada Tuhan dan Gereja-Nya, meskipun tidak menikah.

Iman mereka adalah bukti dari segala sesuatu yang mereka tidak lihat, 
sekaligus bukti dari segala pengorbanan yang mereka pertaruhkan,
dan Tuhan sudah menyiapkan upah dan tempat bagi mereka...!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar